Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget



Ambulans Gratis Untuk Cuci Darah Pengidap Kanker dan Gagal Ginjal

Dari kiri; Rita Lestari, Kades Glundengan, dan Rosa Yulianti sedang berbincang tentang pengadaan ambulans gratis untuk pengidap kanker serviks dan gagal ginjal Oktober lalu di Kantor Desa Glundengan Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember.
Dari kiri; Rita Lestari, Kades Glundengan, dan Rosalia Purwanti sedang berbincang tentang pengadaan ambulans gratis untuk pengidap kanker serviks dan gagal ginjal Oktober lalu di Kantor Desa Glundengan Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember.


gppjember.com - Oktober tahun lalu menjadi memori yang tidak akan pernah bisa dilupakan murid Sekolah Perempuan Mandiri (SPM), Rita Lestari dan Rosalia Purwanti. Yang telah berjuang mengadvokasi penyediaan ambulance gratis hingga pinjaman kursi roda untuk salah satu pasien kanker serviks warga Desa Glundengan Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember.

Saat mendengar kabar untuk yang pertama kalinya, Rita sudah mendapat laporan bahwa sang pasien mengidap kanker serviks stadium lanjut dengan komplikasi gagal ginjal. Penyakit itulah yang kemudian mengharuskan bolak-balik ke rumah sakit (RS). Salah satunya untuk cuci darah. Sehingga, dibutuhkan ambulans.

Keterbatasan ekonomi perempuan yang sudah ditinggalkan sang suami itu membuatnya merasa kesulitan membayar ongkos RS dan biaya transportasinya. Jadwal cuci darahnya tak menentu. Hanya dilakukan sewaktu-waktu ketika sakitnya kambuh. Pihak keluarga menyewa mobil milik tetangga dengan tarif tidak kurang dari Rp 200 ribu. 

Dibantu Rosalia, Rita mendatangi kepala desa setempat untuk menyuarakan hal tersebut. Agar diberikan fasilitas berupa ambulans gratis kepada pasien. Ini juga didasari karena belum ada bantuan atau tindakan apapun dari pihak desa untuk mengulurkan tangan kepada pasien. “Kades bilang kalau belum ada laporan masuk jika yang bersangkutan itu sakit berat, dan baru mendengar dari kami berdua,” kata Rita menirukan ucapan kades Desa Glundengan.

Usai bertemu dan mengutarakan maksud tersebut, Rita dan Rosalia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Katanya, pada saat itu ambulans desa sudah tidak ada lagi dan hanya bisa mengakses ambulans puskesmas. Persoalan biaya pun, kata Rita, tidak sepenuhnya gratis. Harus memberikan uang pengganti pembelian pertamax. 

Akhirnya dengan berat hati Rita dan Rosalia balik kanan. Saat menyampaikan hasil advokasinya kepada keluarga pasien, pasien menolak tawaran itu dan tetap memilih menyewa mobil tetangga seperti biasanya. “Karena pasien berangkat ke RS sering dadakan mengingat penyakitnya kambuh waktunya tak menentu,” ucap murid SPM asal Desa Jambearum Kecamatan Puger itu.

Tak menyerah, Rita kemudian mengantongi sejumlah uang yang diberikan oleh LGPP Jember untuk membantu kebutuhan pasien termasuk biaya ongkos sewa mobil.

Awalnya, RS tempat pasien berobat berada di dekat pusat kota, di RS Citra Husada. Lokasinya cukup jauh dari tempat tinggalnya yang berada di desa. Tentunya ongkos biaya yang dibutuhkan juga besar.

Penderita kanker tersebut kemudian meminta pindah tempat berobat ke salah satu RSD tak jauh dari kecamatannya, di RSD Balung. “Sempat minta pindah RS agar dapat gratis ambulans untuk antar jemput, karena kebetulan di sana ada layanan antar jemput pasien cuci darah gratis,” terang perempuan berusia 30 tahun tersebut.

Permintaan itu kemudian Rita dan Rosalia langsung tindaklanjuti. Kedatangan keduanya baru berhasil bertemu dengan dokter yang bertugas, tepatnya di Poli Cuci Darah. Dokter itu menjelaskan prosedur yang harus dipenuhi untuk melakukan cuci darah dan diantar jemput dengan ambulans.

Pihak RSD mengajukan persyaratan agar BPJS Kesehatan milik pasien diurus dari awal beserta surat rujukan. Sambil menunggu pengurusan itu, Rita mengatakan kalau nama pasien sudah dicatat dalam daftar tunggu mendapatkan pengobatan. Sekaligus diberikan jadwal seminggu dua kali untuk melakukan cuci darah, setiap Senin dan Kamis.

Sontak kabar baik ini membuat Rita dan Rosalia penuh semangat mengabarkan kepada pihak keluarga dan sang pasien. Kebahagian itu karena mengetahui sebelumnya pasien hanya melakukan cuci darah pada saat kambuh. Setelah advokasi kepada pihak RSD akhirnya pasien bisa rutin cuci darah. Dia berharap itu menjadi awal yang baik untuk kesembuhan pasien.

Hari itu Jumat, Rita bergegas melengkapi seluruh dokumen yang dibutuhkan. Namun, semua di luar dugaan. Esok harinya, Sabtu malam Minggu mereka mendapatkan kabar jika pasien dilarikan ke RS Citra Husada karena kondisi tubuh sangat drop. “Senin siang pasien berpulang, padahal hari itu saya sudah akan mempersiapkan kepindahan rumah sakitnya,” ungkap Rita lirih.

Upaya advokasi yang dilakukan Rita tidak hanya mengupayakan ambulans gratis saja. Tetapi juga pada saat pasien yang saat itu membutuhkan kursi roda untuk aktivitas sehari-harinya di rumah. Yang kemudian berhasil didapatkannya melalui pinjaman dan digunakan pasien sampai nafas terakhirnya. Dibantu oleh salah satu guru SPM, Suminah (Mimin). “Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang sudah bersedia meminjamkan kursi rodanya untuk pasien tersebut,” pungasnya.* (mega sil)

Posting Komentar

0 Komentar