Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget



Bagaimana Mengenalkan kesehatan Reproduksi pada Balita?

By: tim media GPPJember


###

“Maa, adek mau pipis” ujar seorang anak perempuan

Kemudian si ibu pergi mengantar putrinya kekamar mandi, saat sampai di  kamar mandi ternyata putrinya buang air kecil dengan posisi berdiri. Ibu pun menanyakan mengapa putrinya melakukan hal tersebut.

“iya kayak kak vano, kemarin adek liat kak vano pipisnya berdiri ma”

###                         

Sepenggal cerita diatas adalah hal yang tak jarang kita temui di sekitar  tempat, tinggal kita, yakni ketika seorang anak perempuan buang air kecil  dengan posisi berdiri. Hal ini  tentu akan banyak mendapatkan tanggapan dari kaum ibu yang mengasuh pada saat itu, ada  ibu mengucapkan kepada anaknya : ‘kalau pipis  jangan berdiri dong, anak perempuan harus dengan jongkok, begini caranya”,  sembari memberikan contoh. Tetapi ada pula orang tua yang langsung menyapa dan melarang dengan keras pada anak perempuan tersebut  tanpa ada penjelasannya, padahal anak perempuan tersebut hanya meniru apa yang telah dilihatnya pada teman laki-laki sebayanya yang waktu buang air kecil dilakukan dengan berdiri.

Dari situ bisa dilihat bahwa pemahaman orang tua dalam memberikan tanggapan kepada anak perempuannya sangat relatif dan beragam, tentunya pendidikan seksualitas perlu dihadirkan juga pada balita yang menyangkut pengenalan identitas diri dan jenis kelamin, hubungan antara laki-laki dan perempuan, organ-organ reproduksi dan fungsinya, bagaimana merawat kesehatan, menghindarkan diri dari kekerasan seksual dan sebagainya.

Mengenalkan Organ Reproduksi (organ seks)

Rasa keingintahuan anak, tentang seksualitas biasanya sudah muncul sejak anak masih balita, mulai usia 3 (tiga) tahun rasa keingintahuan terhadap masalah seks tercermin mulai dari pengamatan/penglihatan anak terhadap organ tubuhnya, hal ini terlihat dengan adanya aktifitas maupun tanda-tanda anak bermain-main dengan organ seksnya, yaitu memegang-megang, menggaruk-garuk alat kelaminnya.

Sebagai orang tua, jika melihat anaknya melakukan hal tersebut diatas, maka orang tua segera melakukan tindakan pendekatan dengan anak dengan cara mengajak berbicara bahwa apa yang dilakukan anak dengan memegang-megang kelamin/kemaluan maka tangan yang digunakan bekas memegang-megang/menggaruk-garuk kelamin tersebut akan menjadi kotor (ada kuman yang menempel) sehingga kalau makan, tangan belum dicuci/ dibersihkan bisa terkena/menimbulkan penyakit (misalnya sakit perut).

Pada anak balita, keingintahuannya biasanya timbul bila ia berhadapan dengan anak lain yang berlainan jenis dalam keadaan telanjang, ia akan melihat bahwa alat kelaminnya sendiri berbeda dari alat kelamin anak  lain, hal ini menimbulkan pertanyaan dalam diri anak dan biasanya secara spontan ia akan langsung bertanya kepada orang tuanya. Disini tugas orang tua memberikan penjelasan bahwa ada perbedakan antara laki-laki dan perempuan, sehingga jenis dan bentuk kelaminnya berbeda, termasuk organ tubuh lainnya yang dimiliki masing-masing.

Ada kasus yang kerap terjadi pada orang tua yang memberikan informasi atau pemahaman yang keliru terhadap anak tentang pemberian istilah yang menyangkut organ reproduksi anak, misalnya orang tua menyampaikan/mengatakan dengan sengaja atau tidak dengan sengaja, yaitu memberikan nama-nama yang tidak sebenarnya, seperti penis dikatakan burung, lalu vagina dikasih istilah kupu-kupu, akibatnya apa yang terjadi??

Informasi ataupun pemahaman yang sudah terlanjur diterima anak akan bertahan lama hingga anak menjadi dewasa, hal ini akan menimbulkan konsep yang salah pada anak mengenai seks dan akan terbawa sampai ia sudah berkeluarga/menjadi orang tua yang berpotensi pula akan memberikan konsep yang salah pada generasi berikutnya. Perlunya lebih hati-hati orang tua memberikan pemahaman tentang organ reproduksi dan fungsinya kepada balita, yaitu dengan memberikan informasi yang benar dan jelas.

Orang tua perlu memberikan pemahaman pada anak balitanya bahwa organ tubuh mereka adalah milik mereka sendiri yang harus dirawat, dipelihara dan dijaga dengan baik. Cara merawat organ tubuh balita dapat dilakukan dengan :

Pertama, Menjaga kebersihan badan, lakukan mandi dan gosok gigi setiap hari 2 kali dengan memakai sabun mandi dan pasta gigi anak, menjaga kebersihan rambut kepala dengan shampoo, kebersihan kuku, mencuci tangan sebelum makan, kebersihan pakaian khususnya untuk organ kelamin dan organ lainnya secara rutin maupun berkala.  Pada balita yang belum bisa melakukan aktifitas tertentu, maka orang tua dapat membantu sepenuhnya aktifitas diatas.

Kedua, Tidak semua orang boleh menyentuh, apalagi memegang bagian tubuh yang sangat pribadi, kecuali ibu saat membantu membersihkan anus setelah buang air besar, dokter yang memeriksa bagian tubuh yang sakit.  Hal ini untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual, karena pelecehan seksual pada anak seringkali justru dilakukan oleh orang terdekat dalam rumah.

Ketiga, Bila ada orang yang menyentuh tubuh anak, orang tua perlu mengajarkan pada anak untuk berteriak  dan berkata “tidak” atau anak mengatakan “Aku tidak suka badanku  dipegang” atau “Aku tidak suka kalau tubuhku disentuh”, bila anak merasa terancam dan tidak nyaman ia dapat berteriak dengan mengatakan “Aku tidak mau” dan seterusnya.(ritsajalah)

Posting Komentar

0 Komentar