Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget



Film Autobiography, Menguak Realitas yang disimpan di Balik Helaan Nafas Panjang

GPPJEMBER.COM - Nonton film Autobiography bareng teman-teman Gerakan Peduli Perempuan (GPP) Jember, komunitas UMKM perempuan 'Pasar Kita', jurnalis, Perpenca (Persatuan Penyandang Disabilitas dan Pusat Advokasi), Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuli Indonesia), guru, lawyer dan mahasiswa. Film ini disutradarai oleh Makbul Mubarak. Beruntung GPP Jember mendapat 50 tiket dari KawanKawanMedia dan bantuan banyak tangan, ada PPMN, Kemendikbud, Tempo Media, dan masih banyak lagi.


Awal nonton, saat intro film ada adegan orang-orang sibuk memasang baliho calon bupati (cabub). Normal seperti yang biasa kita lihat menjelang pilkada. Mereka memasang baliho foto dan slogan cabub di sepanjang jalan. Para calon pejabat itu mungkin berpikir bahwa sepanjang jalan itu adalah album foto mereka? Ke-PD-an amat, padahal nyampah. Ya gak sih?


Tokoh utamanya dengan julukan Pak Jenderal datang. Ho ho ho.... Mulai dah seremnya. Saat baliho cabub Pak Jenderal dirusak, lalu dia asal tuduh dan main hakim sendiri. Pak Jenderal menyuruh Rakib untuk menciduk Agus, orang yang dicurigai. Pak Jendral menyuruh Rakib membawa Agus masuk ke dalam gudang. Di dalam gudang Pak Jenderal kayak nggebukin Agus. Ih ngeri banget. Aku sampai menutup mata pakai masker. Tidak tampak aksi pemukulan, tapii... ngeri banget dengar suara dari gudang itu. Aku menengok ke kanan, sambil bilang ke Fitri, 

     "Fit, kita keluar aja yuk. Aku takut. Mending kita makan-makan aja di food corner plaza. Gimana?"

Fitri menjawab, 

     "Tapi aku penasaran ingin tahu ceritanya."

     "Iya juga sih, aku juga ingin tahu. Ya udah, gak apa-apa kita nonton terus."

Lalu kami lanjut menonton. Akhirnya aku bisa mengikuti alur ceritanya dan sudah tidak takut lagi sampai akhir film.


Banyak hal yang diangkat di film ini. Semuanya realita yang kita jumpai dalam keseharian. Divisualisasikan dengan sangat bagus. Penulis skenario dan sutradaranya pinter banget. Salut. 


Ditampakkan bagaimana wujud relasi yang timpang, dominasi, ego kekuasaan, manipulasi menghalalkan segala cara untuk menjadi pemenang. Ada juga masalah kemiskinan, kriminalisasi. Ada modus pelecehan terhadap perempuan, stereotyping, perendahan perempuan yang diangkat dalam ceritanya. Pelecehan itu tidak benar, tapi orang-orang banyak yang tidak sadar bahwa itu pelecehan. Mereka malah ikut mentertawakan. Konyol kan? Dan ada juga kekerasan seksual dari Pak Jenderal terhadap Rakib. Kekerasan seksual itu bisa terjadi terhadap sesama jenis kelamin juga. Ini tentang pemaksaan yang didasari oleh pemikiran yang salah dalam memaknai perbedaan kekuasan, perbedaan kekuatan. Kekuatan dan kekuasaan yang lebih justru disalahgunakan untuk menindas, bukan untuk melindungi yang lemah.


Aku terkesan dengan akting aktor-aktornya. Akting Pak Jenderal dan Rakib, membuat jantung dag dig dug der. 


Usai nonton film, kami mampir ke warung soto untuk menghangatkan badan. Kami makan soto dan minum teh hangat sambil berbincang tentang film tadi. 


Film Autobiography ini menunjukkan bagaimana kekerasan diproduksi dan direproduksi. Ini bisa menjadi bahan diskusi yang cukup lengkap bagi kita. Untuk mencari upaya memutus spiral kekerasan dalam kehidupan kita bersama. Stop memproduksi dan mereproduksi kekerasan untuk kehidupan kita yang lebih bahagia. (Sri Sulistiyani)

Posting Komentar

0 Komentar