Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget



Warga Senior Ditengarai Paling Banyak Sebar Hoaks

GPPJEMBER.COM - Menurut Kamus Besar Bahasa Indinesia (KBBI) kata hoaks mempunyai arti berita bohong. Secara bebas, kata hoaks bisa diartikan juga sebagai sebuah tipu muslihat dan kebohongan yang dibuat seolah-olah benar adanya.

Saat ini, bahkan di masa sulit masyarakat dan pemerintah sedang bergulat menghadapi pandemi Covid-19, gempuran hoaks tak mau surut, justru deras menyerbu. Gempuran hoaks yang kita alami bertubi-tubi setiap hari, khususnya mengenai COVID-19, harus kita lawan bersama.

AtmaConnect dan USAID MADANI pada hari Kamis 29 Juli 2021 menyelenggarakan pelatihan melawan hoaks di akar rumput. Pelatihan diselenggarakan secara daring dan diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Karena antusiasme masyarakat, pelatihan melawan hoaks dilaksanakan hingga empat gelombang yang pendaftarannya dilakukan melalui www.simpulmadani.com.

Narasumber pelatihan melawan hoaks, Zainal Abidin yang merupakan kontributor CNN TV memaparkan bahwa berita hoaks bisa merajalela karena ada pihak yang memproduksi dan ada pihak yang menyebarkan. Tujuan memproduksi berita hoaks bisa sekedar iseng dengan tujuan bercanda seperti pada kasus April Mop, namun lebih banyak yang karena motif mengeruk keuntungan finansial. Bisnis berita hoaks ditengarai bisa mengeruk keuntungan uang dalam jumlah sangat besar bagi produsennya. Semakin banyak berita hoaks disebarkan akan semakin banyak pula keuntungan finansial yang dapat dikeruk. 

Ketidaktahuan masyarakat akan adanya konspirasi di balik berita hoaks, membuat mereka dengan sukarela menyebarkan berita hoaks. Lalu siapakah penyebar berita hoaks paling banyak? Ditengarai bahwa warga seniorlah yang paling gencar menyebarkan berita hoaks. Warga senior yang relatif kurang piawai menggunakan gadget, antusiasme terhadap informasi, serta keinginan kuat untuk berbagi informasi "kebaikan", telah banyak berkontribusi dalam penyebaran berita hoaks. Biasanya mereka yang menyebarkan berita hoaks beralasan bahwa  mereka menganggap itu berita benar. Mereka berpikir barangkali berita itu bermanfaat bagi orang lain. Dengan pola pikir tersebut maka berita hoaks makin tersebar secara masif. 

Mengapa orang mempercayai berita hoaks? Ada dua alasan orang mudah percaya berita hoaks, yaitu kecintaan berlebihan dan kebencian berlebihan. Jika seseorang mencintai/ membenci seorang tokoh secara berlebihan membuat orang tersebut mudah percaya/ tidak percaya terhadap berita apapun yang sesuai dengan kecintaan/ kebencian pribadinya. 

Ada langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah diri kita tertipu berita hoaks dan mencegah ikut menyebarkan hoaks, yaitu dengan melakukan check dan recheck terhadap berita yang kita terima. Melakukan pengecekan atau verifikasi apakah berita tersebut benar atau hoaks sebelum menyebarkannya. 

Dalam pelatihan melawan hoaks yang diselenggarakan oleh AtmaConnect dan USAID MADANI ini peserta dilatih untuk bisa melakukan pengecekan/ verifikasi apakah sebuah berita benar atau hanya hoaks. Ada tiga tehnik yang diajarkan yaitu cara verifikasi berita yang berupa tulisan, foto dan video. Verifikasi bisa dilakukan antara lain dengan mencari berita dengan judul yang sama melalui google, melihat apakah situsnya terpercaya, memperhatikan detail foto/ video, melacak dimana foto/ video asli diunggah pertama kali, dll. 

Pelatihan yang dimulai dengan sharing dan diskusi, pemaparan materi, praktik verifikasi kebenaran berita, serta tanya jawab ini berlangsung seru dan menyenangkan. Peserta mendapatkan ilmu baru  yang bermanfaat agar terhindar dari penyebaran berita hoaks. (Sri Sulistiyani)

Posting Komentar

0 Komentar