Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget



Jurnalis Warga Jember Mengadakan Kegiatan Mentoring untuk Menjadikan Jurnalisme Warga sebagai Bagian dari Advokasi bagi Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir


GPPJEMBER.COM - Komunitas jurnalis warga Jember pada Kamis, 8 Juli 2021 mengadakan kegiatan mentoring dengan narasumber jurnalis senior Harian Surya dan Tribun Network, Sri Wahyunik. Mentoring online yang didukung oleh Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN), Internews dan USAID ini mengusung tema jurnalisme warga sebagai bagian dari advokasi bagi kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Kegiatan mentoring diikuti oleh 15 Jurnalis warga, terdiri 13 perempuan dan 2 laki-laki yang berasal dari beberapa kecamatan di Kabupaten Jember yaitu Kecamatan Kaliwates, Sumbersari, Patrang, Arjasa, Rambipuji, Balung, dan Umbulsari.

Mentoring diawali dengan berdoa bersama agar kegiatan berjalan lancar dan memohon kesehatan untuk semua peserta dan keluarganya. Koordinator Jurnalis Warga (KJW) Sri Sulistiyani menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan atau satu rangkaian dengan kegiatan jurnalis warga sebelumnya antara lain workshop jurnalis warga, pelatihan gender, liputan kolaborasi dengan media local, dll.  Tujuan mentoring ini untuk memberi bekal bagi para jurnalis warga agar bisa melakukan kegiatan jurnalis warga sebagai bagian dari advokasi bagi kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Isu ini penting untuk diadvokasi karena Kabupaten Jember saat ini tercatat sebagai kabupaten dengan AKI AKB tertinggi se Jawa Timur.

Sri Wahyunik yang akrab disapa Yuni menyampaikan materi tentang menulis tematik kesehatan ibu dan anak. Materi dimulai dengan pemaparan pengertian menulis tematik yaitu menulis tentang isu-isu yang akan diangkat dalam berita sehingga tulisan bisa mengadvokasi suatu permasalahan dari hulu ke hilir dan bisa menjadi berita yang berkelanjutan (berseri). Narasumber juga menyampaikan  apa saja yang perlu diperhatikan dalam menulis tematik, antara lain pemahaman tentang isu kesehatan ibu dan bayi, pemahaman tentang kesehatan reproduksi, pemahaman tentang keseteraan gender pemahaman antara mitos dan ilmiah,  memilih nara sumber yang Kapabel, serta menyiapkan data pendukung. Selain hal tersebut perlu juga dipastikan agar tulisan tidak bias gender.

Diskusi dan tanya jawab berlangsung penuh antusias. Mariana Oktavia menanyakan bagaimana cara merespon/ mengcounter statemen dari tokoh masyarakat yang tidak tepat. Dalam hal ini jurnalis warga tidak perlu terburu-buru merespon dengan komentar pedas sehingga terjadi debat kusir, karena pesan justru tidak akan tersampaikan dengan baik. Beri waktu diri anda sebagai jurnalis warga untuk membuat tulisan yang dilengkapi dengan data yang kuat serta pendapat tokoh lain ataupun opini yang benar sehingga pembaca dapat menilai dengan benar. Nurul Hidayah bertanya, “Jika selama ini masih menulis dalam bentuk berita, bisakah JW menulis dalam bentuk opini?” Dijawab oleh narasumber bisa, dengan catatan tulisan tidak ada pembunuhan karakter, menilai/kritik tanpa ada parameter yang jelas dan menghindari tuduhan yang tidak berdasar dan sepihak. Tak ketinggalan Suminah menanyakan apakah data yang didapat penulis butuh konfirmasi dan pembanding dari pihak lain. Data pembanding diperlukaan atau tidak tergantung cakupan wilayah tulisan. Lebih bagus ada pembanding untuk cakupan lebih luas. Pertanyaan berikutnya dari Yamini, “Bagaimana tips untuk mengambil angle tulisan yang tepat?” Para penulis baru memang biasanya kesulitan untuk menentukan angle. Cara mensiasatinya adalah dengan mencari apa yang menarik bagi penulis di suatu momentum, karena setiap penulis memiliki ketertarikan yang berbeda. Penanya terakhir Rita Puji Lestari, menanyakan apabila ada narasumber yang tidak bersedia disebutkan namanya sehingga tulisan terkesan berasal dari informasi yang tidak jelas/valid.  Semua informasi yang didapat dicatat berdasarkan kasus perkasus sehingga menemukan factor penyebabnya. Upayakan jurnalis warga mencari narasumber ahli yang lain, yang bersedia untuk dicantumkan namanya. Berita lebih terpercaya jika disebutkan siapa narasumbernya apalagi jika ahli di bidangnya.

Suminah salah satu peserta menyampaikan,  “Dari mentoring ini saya baru tahu kalau menulis itu ternyata bisa dibuat berseri dan digunakan sbg alat advokasi. Saya juga belajar bagaimana menyajikan tulisan yang lebih terpercaya dan dpt dipertanggungjawabkan. Mantab!” Sedangkan Moh. Zainuri Rofii menyampaikan, "Dari mentoring ini saya baru tahu cara menentukan nara sumber dan anggle yang tepat, khususnya untuk advokasi kasus AKI /AKB di Kab. Jember." Selanjutnya acara ditutup dengan doa penutup dan foto bersama.

(Sri Sulistiyani dan Mariana Oktavia)

Posting Komentar

0 Komentar